expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Denny's Blog

Selasa, 02 Agustus 2016

Penjelasan Konservasi Arsitektur

Apa itu konservasi arsitektur ?

Menurut pengertian yang saya dapat dari web, konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan sedangkan arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak), mulai dari lingkup makro seperti perencaan dan perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap hingga lingkup mikro seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk. jadi bila digabungkan secara garis besar adalah suatu upaya pelestarian dari sebuah bangunan yang mencakup segala hal. baik dari eksterior bangunan hingga interior bangunan. 

Sasaran dalam konservasi adalah :
- mengembalikan wajah dari obyek pelestarian,
- memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini
- mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin   dalam obyek pelestarian
- menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi

Tujuan Pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah :
-Menurut Undang-Undang RI No.11 tahun 2010 Cagar Budaya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia.
-Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya.
-Memperkuat kepribadian bangsa.
-Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
-Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat Internasional.
Sedangkan Menurut Perda 9/1999 DKI Pelestarian dan pemanfaatan lingkungan dan bangunan Cagar Budaya yang diatur dalam Peraturan Daerah ini bertujuan :
-Mempertahankan dan memulihkan keaslian lingkungan dan bangunan yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
-Melindungi dan memelihara lingkungan dan bangunan Cagar Budaya dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun proses alam.
-Mewujudkan lingkungan dan bangunan Cagar Budaya sebagai kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunan dan citra positif kota Jakarta, sebagai Ibukota Negara, Kota Jasa dan daerah tujuan wisata
Golongan A
  1. Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah
  2. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
  3. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada
  4. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya
  5. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama

Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan B
  1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya
  2. Pemeliharan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap, dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting.
  3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan
  4. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama

Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan C
  1. Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama dan bentuk atap bangunan
  2. Detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya dalam keserasian lingkungan
  3. Penambahan Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan
  4. Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana Kota

Sumber : 
https://winnerfirmansyah.wordpress.com/category/konservasi-arsitektur/
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1573/cagar-budaya
http://www.pengertianku.net/2015/08/pengertian-konservasi-dan-tujuannya-serta-manfaatnya.html

Senin, 20 Juni 2016

J

Ini aku, aku sendiri bingung mengatakan siapa diriku sebenarnya. Saat ini aku berada di tempat yang tak bisa setiap orang perkirakan. Aku terdiam. Tak ada angin atauapun air yang berada di sekitar ku saat ini. Aku berkhayal, apakah ini bumi atau planet lain yang tak pernah kukunjungi? aku tak tahu tapi aku menyukai saat saat seperti ini. Sudah saatnya aku rasa untuk beranjak dari tempat ini. Ini sudah terlalu lama setidaknya hampir 32 tahun aku berada disini. Diam duduk dan tak ada satupun yang kulakukan. Ini mulai terasa bosan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku pun mulai beranjak dari tempatku . Apa ini? itu pertanyaan yang terlintas dalam otakku. setiap tempat ataupun jalan yang kulangkahi terasa aneh dan tak biasa. Sekelilingku mulai didatangi air yang sebelumnya aku belum tau sama sekali tentang bagaimana rasanya ataupun bentuk sebelumnya . Lalu bagaimana aku tahu itu adalah air ? Entahlah, aku memang terlihat bodoh. Tapis etiap aku memikirikan sesuatu yang belum kukteahui aku merasa akan mendapatkan jawabanya dari dalam otak ini. Sementara aku sendiri tidak tahu bagaimana aku mendapatkan ini semua. Setelah kurang lebih 30km aku berjalan , aku merasa sesuatu yang aneh terjadi kembali. Kali ini aku melihat seseorang yang berada di ujung tatap mataku yang kurasa jaraknya kurang lebih 15 m . Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, pergi untuk mencari jalan lain atau melihat siapa dan apa yang dilakukan diduniaku yang aku sendiri tidak tahu ini. Dan akhirnya aku coba untuk melangkah untuk datang ke arah seseorang tersebut. Dari jauh seseorang itu terlihat seperti seorang wanita. Dengan tinggi yang kurang dari 2m lalu dengan rambut yang lurus namun aku lebih tertarik ketika akan membahas kacamata yang digunakanya. Aku rasa itu bukan kacamata biasa, aku bisa menyadarinya, ini semua berpusat dari dalam otakku. otaku seperti selalu memberi sesuatu yang belum kuketahui. Otak ini seperti server bagiku. Kini jarakku kurang dari 4m . Aku berhenti sejenak, aku mulai memikirkan apa yang harus kulakukan ketika bersama dia. Tak ada gunanya aku rasa, akhirnya kuputuskan aku pergi ke arah yang berbeda dan meninggalkan wanita tersebut yang mulai dari awal ku datang hanya diam berdiri dan menoleh ke arahku. Bukan persoalanku jika aku harus meninggalkan wanita tersebut ada banyak hal hal ayng belum kupelajari. Lalu pertanyaan selanjutnya timbul kembali, bagaimana aku bisa tahu dia seorang wanita dan siapa namaku? Aku mengatakan pertanyaan tersebut kurang lebih 9000 kali kuucapkan selama perjalanan dan soal jumlah nya bagaimana bisa tahu, itu akrena otakku yang memberikan semuanya. terkecuali tentang identitas ddiriku sebenarnya. Aku sudah berjalan ke arah yang berbeda kurang lebih 15km. Kini aku sudah tiba di tempat yang ku rasa sedikit berbeda, ada air . tanah dan udara yang mulai menghempas diriku. Aku tercengang, saat itu.. 

Senin, 06 Juni 2016

Konservasi Arsitektur ( Gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri )

Gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri
KONSERVASI ARSITEKTUR


http://setkab.go.id/wp-content/uploads/2015/05/Gedung-Pancasila-Kemenlu.jpg

Konservasi merupakan suatu sistem perbaikan atau peremajaan terkait hal apapun itu objeknya ayng akan di perbaharui. Konservasi sendiri bisa dilakukan untuk suatu kawasan yang kecil ataupun besar sekalipun. Bukan hanya kawasan saja yang di konservasi, tetapi dalam prosesna. Bangunan pun ternyata bisa dikategorikan bangunan konservasi, jika bangunan tersebut telah melalui proses peremajaan atau perbaharuan. Hal tersebut mudah dijumpai . Bukan hanya diluar negeri, tetapi di Indonesia sendiri mudah temui. Sebagai salah satunya yang saya dapat baca dari salah satu jurnal seseorang di web. Membahas tentang kawasan dan bangunan konservasi.

Kesimpulan :

Gedung ini memiliki klasifikasi pemugaran atau perawatan bangunan yang termasuk dalam golongan A, Dimana mempertahankan keaslian seluruh bangunan. Dalam halaman jurnalnya, saya dapat temui adanya beberapa bangunan ataupun kawaqsan yang yan g sudah dikonservasi kembali lebih bugar seperti awal pembuatanya. Untuk itu saya tertarik akan konservasi yang dilakukan oleh Gedung Pancasila milik Kementrian Luar Negeri. bangunan ini sudah berdisi sejak lama, memang belum ada yang bisa memastikan kapan abngunan ini benar benar di bangun, tetapi beberapa sumber terakti seperti halaman web kemenlu sendiri mengutarakan awal pembuatanya berkisar tahun 1830. Bila dihitung hitung memang bangunan ini memang sudah lama dan relatif akan mudah hancur dan retak retak pada dindingnya. Konservasia adalah yang ditempu untuk meremajakan bangunan sekaligus kawasan di sekitaran kemenlu ini. Konsep yang saya jumpai dari bacaan yang dituliskan, konsep yang diterapkan untuk konservasi bangunan ini adalah " maintain identity " atau menajga karakteristik bangunan selama proses peremajaan atau revitalisasi bangunan yang ada. Selama proses revitalisasi, bangunan gedung pancasila fokus pada perbaikan yang skalanya sudah sulit diperbaiki, dengan akta lain. Akan mencoba mempertahankan apa yag\ng ada yang masih bisa digunakan dengan maksut menjaga identitas yang ada. Selain itu kebutuhan akan banyakanya pengguna bangunan pun cepat disadari. Penambahan bangunan pun untuk memaksimalkan revitalisasi bangunan juga dilakukan . Tepatnya di halaman belakang gedung pancasila. Dengan motif fasad yang horizontal makin mengukuhkan konsep revitalisasi yang ada, yaitu menjaga identitas karakteristik dari bangunan lama sebelumnya.

Konsep : " Maintain Identity "




Sumber :http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/7_Siti-Madichah_Revitalisasi-Bangunan.pdf
             : http://www.kemlu.go.id/id/tentang-kemlu/bangunan-bersejarah/Default.aspx 

Jumat, 29 Januari 2016

Kritik Arsitektur

KRITIK ARSITEKTUR



·          KRITIK TERHADAP BANGUNAN DENGAN METODE DESCKTIPTIF
·          KRITIK TERHADAP BANGUNAN  KONSEP GREEN BUILDING DENGAN  METODE TYPICAL

      1. Kritik terhadap penerapan gaya “ Modern Klasik” pada suatu bangunan

       Gaya arsitektur yang menggunakan klasik pada ustua bangunan, biasanya datang dapat diterima karena sebagian besar penggunanya adalah orang orang yang ingin menunjukan yang identitasnya. Sebagai contoh adalah orang orang yang menginginkan gaya klasik pada bangunanya biasanya lahir pada masa dimana klasik merupakan gaya yang menurutnya baik dan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan, entah itu terkait kebutuhan atau estetika keindahan kepuasan ornament yang ditampilakn dari suatu bangunan.
       Seiring berjalanya waktu, lambat laun gaya arsitektur klasik ini mulai terpinggirkan dan dianggap hanya sebagai bangunan dan gaya arsitektur yang tidak effisien dengan konsep yang berkembang saat ini, yaitu green building. Selain penggunaan materialnya yang melebihi batas, konsep konsep ruang nya juga lambat laun terlihat sebagai pemborosan site karena masuk dalam konsep monumental dengan kolom kolom besar dan tinggi di dalam bangunan maupun diluar bangunan .
       Pergeseran bduaya pun terjadi, dimana klasik mulai terpinggirkan dan datang konsep baru yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan dan estetika di era green building ini . Minimalis, begitu mereka menyebutkanya, suatu konsep yang datang dengan kedeserhaan dan logika logika yang masuk akal untuk suatu desain dan pengurangan ornament dalam penerapan nya pada suatu bangunan . Kehadiran konsep minimalis ini dirasa sempurna pada zaman ini karena semakin dikitnya lahan yang tersedia, seorang arsitek dituntut untuk bisa memkasimlakan bentukan site yang ada dengan hasil yang maksimal dan dapat memenuhi kebutuhan dan estetik dari suatu bangunan.
       Lalu bagaimana bila hadir konsep “ modern klasik” dimana konsep ini hadir bersamaan di suatu bangunan. Kehadiran konsep ini awalnya berfungsi untuk bisa memaksimlkan kebutuhan dari suatu bangunan yang biasanya akan banyak permintaan dari owner tentang desain bangunan nya. Dimana biasanya seorang bapak ingin menggunakan konsep bangunan asli nya adalah klasik, tapi anak anaknya merasa tidak aps dan inginkan kehdarian konsep minimalis walaupun itu hanya sebagian kecil di kamar mereka masing masing. Ini tidak sesuai dan  menurut saya kurang sependapat dengan konsep ini.
       Bagaimana bisa suatu bangunan bisa menunjukan dirinnya memiliki konsep apa jika ada lebih dari 1 gaya yang dimilki suatu bangunan . Akan tidak maksimal , itulah yang dikhawatirkan terkait keadaan bangunan, konsep bangunan, interior dan eksterior bangunan nya. Tunjukan sesuai identitas dan biarkan identitas asli menjadi terpenuhi dalam konsep bangunan nya,

2. Kritik terhadap bangunan berkonsep “ Green Building”  dengan metode typcal

“ Rumah Kaca Menteng “

1. Struktur
       Kehadiran rumah kaca di tengah kota ini meman gsedikit membingunkan beberapa pihak. Bagaimna rumah yang sebagian besar materialnya adalah penggunaan kaca bisa hadir di tengah konsep kota yang sebagian besar gaya bangunanya yang hadir di lingkunganya monumental . Kaca adalah material yang paling banyak digunakan, dibandingkan dengan beton dan besi yang penggunanya hanya hadir di beberapa sudut bangunan .
       Untuk penggunaan struktur pada bangunan ini adalah sistem “portal” dimana kolom kolom nya dihadirkan mampu berdiri sendiri tanpa kehadiran balok balok pemersatu antara kolomk di atas bangunanya . Dengan kata lain , kolom akan bertemu dengan kolom sendiri juga dengan sedikit tambahan penggunaan prinsip sistem tali pada bangunan nya yang mempersatukan antar kolom . Selain itu, untuk utilitas yang dihadikan ke dalam bangunan ini tidak terlalu maksimal karena tidak sediakanya perangkat utilitas di dalamnya, hanya da beberapa saluran air bersih bagi setiap orang yang masuk untuk sekedar cuci tangan di dalam bangunan rumah kaca di daerah Jakarta Pusat ini .

2. Fungsi
Pada kehadiran awalnya, rumah kaca di daerah menteng ini dipergunakan sebagai tempat pergelaran acara acara yang dilakukan di dalam area taman dengan pemusatan kegiatan berada di dalam bangunan ini. Kehadiranya pada peruntukan nya bermaskut untuk meminimalisir penggunaan cahaya buatan ke dalam bangunan den masuknya matahari ke dalam bangunan. Pada awalnya memang sudah berjalan dengan sesuai fungsi dan tujuan utama dari pembangunan rumah kaca ini, tetapi lama kelamaan fungsi awalnya dilupakan karena dianggap tidak sesuai kehadiranya dan penggunaan material yang paling banyak menyedot listrik dalam bangunan rumah kaca ini.

3. Bentuk

Rumah kaca manteng , hanya memiliki satu permukaan lantai dengan atap yang runcing seperti pada gaya rsitektur jengki dimana atapnya tidak simetris dengan sisi kiri dan kanannya dari bangunan ini . Dengan kata lain, untuk bentuk bangunan ini tidak simetris dan berpola seperti apda bangunan umumnya , tetapi hal tersebut tidak mengindikasikan bentukan bangunan yang hadir ini tidak memberikan keindahan .